Air terjun Rampah Menjangan adalah salah satu air terjun
dari banyak air terjun yang ada di Kalimantan Selatan. Lokasi air terjun ini
berada di Desa Loapanggang, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Nama Rampah Menjangan menjadi popular setelah menjadi bahan liputan pada salah
satu program travelling ternama disalah satu stasiun televisi swasta, “My Trip
My Adventure”. Ya program yang dipandu oleh Deni Sumargo dan Dion Wiyoko ini memang
program yang selau menjadi referensi para traveller sejati maupun amatiran
untuk meng-explore tempat-tempat dengan view yang terbaik. Nah ditulisan kali
ini, aku bakal certain bagaimana rute yang harus ditempuh agar dapat menikmati air terjun Rampah Menjangan ini.
Lokasinya yang cukup jauh dari ibu kota, membuat para
traveller harus melakukan beberapa persiapan. Yang pertama tentunya fisik dan
mental, kenapa? Karena rute yang akan ditempuh bukan saja jauh, tapi juga medan
yang dilalui cukup sulit, maka perlu adanya niat dan tekad yang kuat untuk
dapat mencapai tujuan. lalu kedua yang harus dipersiapkan adalah dana, yak karena
lokasi yang jauh dari pusat kota, maka perlu transportasi dan tentunya perlu
dana untuk biaya retribusi masuk kedalam obyek wisata Loksado. Yang ketiga yang
harus disiapkan adalah bekal, terutama bekal makanan dan bekal pakaian ganti. Ya
mengingat lokasi yang dituju adalah air, demi menghindari dari masuk angin,
bawa aja baju ganti ya. Dan bawa bekal makan, yakin jalan jauh bikin kalian laper sampai puncak jangan sampai makan temen, bahaya. Keempat yang penting adalah obat-obatan pribadi, ini penting bagi yang sok kuat padahal rapuh, ya terkadang karena memiliki tekad yang kuat ada yang lupa bahwa memiliki penyakit bawaan akut, seperti penyakit kejang-kejang dadakan karena ingat mantan misalnya (ini ngaco, maaf).
Nah, setelah semua persiapan oke. Maka kita mulai
perjalanan kita. Dari ibu kota, Banjarmasin menuju Kandangan (Ibukota Kabupaten
HSS) diperlukan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan sepeda motor. Lalu dari Kandangan
perlu waktu sekitar 1 jam untuk sampai di kawasan wisata Loksado. Udah? Belum,
kita baru sampai di kawasan wisata, o ya sekedar informasi sebenarnya wilayah
Loksado lebih terkenal dengan wisata Kolam Pemandian air panas Tanuhi dan
wisata air Bamboo Raftingnya, lalu baru-baru ini nge-hits dengan lokasi bukit
Langgara dan air terjun Rampah Menjangan. Nah dari
gerbang wisata Loksado ada biaya retribusi sekitar 6 ribu untuk 1 orang atau 10 ribu untuk 1 buah sepeda motor (bisa nego), dan kita perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai di kaki
gunung menuju air terjun. Di sana kita akan menemukan Balai Adat malaris, kalian
bisa istirahat sebentar disitu. O ya dari tempat ini kalian udah ngerasa beda
banget deh suasananya, soalnya balai adat ini berseberangan langsung dengan aliran
utama Sungai Amandit, yeah pastinya yang ada dibenak kalian adalah pengen ‘nyicipin’
air sungai yang dinginya menyejukan sampai ke relung hati yang paling dalam
(ini melankolis, maaf).
Oke, setelah istirahat sejenak di balai adat, kalian bisa
sedikit melanjutkan perjalanan menuju perkampungan, nah tips untuk yang memang
baru pertama kali masuk kawasan ini, lebih baik kalian gunakan Jasa Tour Guide,
mereka adalah penduduk asli desa Loapanggang. Dengan biaya sekitar 150.000 (bisa
nego) kalian akan langsung diantarkan secara khususon ke air terjun,
dijamin ga bakal nyasar dengan rute terdekat (katanya). Oke, kebetulan aku dan
rombongan dianter sama Paman Zainal, karena terlalu hiperaktif menikmati
suasana, jadi lupa minta contact person beliau. Eh tapi tenang aja, kalau sudah
sampai desa Loapanggang, paman zainal ataupun rekan paman zainal siap sedia mengantarkan traveller untuk mencapai tujuan.
Yak, pertemuan dengan paman zainal mengantarkan aku sama
rombongan selama 10 menit menuju aliran kecil dari sumber air pegunungan (titik awal tracking), yang
katanya nih katanya paman zainal air pegunungan ini berasal dari pegunungan
Meratus. Nah, sampai sini sepeda motor harus ditinggal, ya karna memang sangat
tidak mungkin traveller naik sepeda motor kepuncakkan. O ya, dari Balai Adat
Malaris jalur yang bisa ditempuh untuk menuju titik lokasi ini hanya
menggunakan sepeda motor, bisa jalan kaki tapi lumayan jauh. Harus berhati-hati
melewati jalur ini, karena memang jalan yang sempit dengan medan curam dimana salah
satun sisi dibatasi oleh tebing dan salah satu sisi lainnya dihadapkan dengan
jurang. Bukan cuma itu, traveller juga harus melewati kurang lebih 5 buah jembatan
kayu yang lebarnya kira-kira 0,5 meter tanpa sekat pengaman dikedua sisinya dan
mengalir dibawahnya aliran arus ungai yang cukup deras, wuuu. Selain itu tanjakan di
jalur ini cukup bikin degupan jantung ga jauh beda kaya ketemu mantan yang
ngucapin putus lewat BBM (ini berlebihan, maaf). Pokoknya traveller harus
berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor pada jalur ini.
Nah, tracking kita mulai ya. Perlu waktu sekitar 3 jam
(dalam parameter santai) untuk sampai melihat air terjun impian.
Waktu yang tidak sebentar untuk medan yang cukup rumit. Ya, aku sempet ngitung
bahwa traveller harus melalui kurang lebih 11 anak sungai dengan aliran air mulai dari
ringan hingga deras, dengan kedalaman sematakaki hingga selutut. Dan tentu
saja, belum ketemu air terjunnya sudah dipastikan kalian akan basah sebelum
waktunya. Bukan Cuma banyaknya aliran anak sungai yang harus dilewati tapi juga
tanjakan dan juga turunan yang cukup tajam yang harus dihadapi, dengan menerapkan
ilmu fisika yang aku punya, bisa diperkirakan kemiringan lereng yang harus
ditempuh sekitar 45 derajat dan ini cukup ekstrim bagi traveller yang tidak
biasa menjelajah. Medan yang ditempuh bukan hanya tanah lempung atau berpasir
saja, karena memang masih sebagai hutan asri akar-akar pohon besar dan batuan
gunung menjadi pijakan jalur yang harus dilalui.
Tapi, semua rintangan yang dilalui, susahnya
mendaki sampai merayap rayap, gemeterannya badan karena berhadapan dengan
tebing-tebing dan lain sebagianya akan terbayar ketika hembusan sejuk air saat
berhadapan langsung dengan air terjun ini, rasanya bener-bener kebayar, air
terjun yang merupakan air terjun dengan tinggi sekitar 25 meter ini bener-bener bikin seneng
hati kaya abis diajak mantan tersayang makan soto banjar bareng, gurih-gurih adeeem (ini
berlebihan juga, maaf). Oke, tentunya
abadikan semuanya dengan kamera yaa dan jangan lupa harus mandi basah pokoknya
kalau udah sampe puncak tapi ga basah, rugi banget.
Nah, ini sedikit informasi tentang air terjun Rampah Menjangan, semoga bisa jadi gambaran untuk traveller yang berniat melihat lukisan Tuhan dari sudut tanah Borneo yang lain. Aku bakal ceritain kisah perjalan aku nanti sama rombongan aku yang
kebetulan adalah temen satu angkatan dan satu jurusan sama aku di kampus. Karena
ada quotes yang bilang gini “Mau tau sifat asli teman kamu, ajak dia naik
gunung".
|
Ini salah satu medan yang harus dilalui (licin dan curam) |
Beberapa Aliran Sungai yang harus dilewati
|
Puncak yang akan disinggahi, foto dengan background yang sama dengan mas Dion Wiyoko |
|
Air Terjun Rampah Menjangan |
Foto Bukit Langgara dan Air Terjun Rampah Menjangan pada postingan akun IG mas Dion Wiyoko
|
"Akan selalu ada yang mencintaiku, tertanda Alam" |
|
"Bukan berhasil menaklukan alam, tapi alam lah yang mengizinkan kita untuk mengenalnya" |
*Sumber Foto Pribadi dan https://instagram.com/dionwiyoko/